
Di sebuah rumah sederhana di pinggiran Bandung, aroma rempah-rempah mulai meresap ke setiap sudut ruangan. Cengkeh, kapulaga, kayu manis, dan jintan disangrai perlahan, menciptakan perpaduan harum yang mengingatkan pada dapur para ibu di Timur Tengah. Dari situlah nasi kebuli pertama Kebuli Al-Ghazali lahir—bukan sekadar makanan, tapi warisan rasa dan cinta yang ingin dibagikan ke lebih banyak orang.
NamaAl-Ghazalidiambil sebagai penghormatan kepada nilai-nilai kebijaksanaan dan keikhlasan. Kami percaya bahwa makanan terbaik tidak hanya mengenyangkan perut, tapi juga menghadirkan kehangatan dalam hati.
Awalnya, Kebuli Al-Ghazali hanya menerima pesanan rumahan, melayani tetangga sekitar untuk acara keluarga atau buka puasa bersama. Tapi dari mulut ke mulut, rasa nasi kebuli kami mulai dikenal lebih luas. Pelanggan datang bukan hanya karena lapar, tapi karena rindu—akan rasa rumah, akan kenangan, akan momen yang tulus.
Hari ini, Kebuli Al-Ghazali sudah hadir di beberapa titik strategis Bandung—dari foodcourt mall hingga sudut kampus. Kami terus membawa semangat yang sama: menyajikan makanan dengan rasa jujur, porsi dermawan, dan harga yang ramah. Di era serba digital dan serbuan makanan instan, kami tetap setia pada prinsip satu: masak dengan hati, sajikan dengan niat.
Selamat datang di Kebuli Al-Ghazali.
Semoga setiap suapan membawa Anda pada perjalanan rasa yang istimewa.